Pondok Pesantren agaknya bukan hanya sebagai lembaga pendidikan keagamaan untuk mencetak generasi berprilaku islami, tetapi sekaligus mampu membuktikan diri sebagai lembaga perekonomian guna menyejahterakan santri serta masyarakat luas.
Langkah tersebut telah dibuktikan Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan. Ponpes yang didirikan oleh Sayyid Sulaiman pada 263 tahun silam di Desa Sidogiri, Kec. Kraton, Kab. Pasuruan, itu bahkan berhasil mengembangkan konsep ekonomi syariah.
Satu pengurus Ponpes Sidogiri, Mahmud Ali Zain, menjelaskan kiprah ponpes tersebut di bidang ekonomi diawali keinginan untuk mandiri/tanpa mengharapkan bantuan pihak lain, dengan mendirikan koperasi pada 1981. Usaha awal berupa kedai dan warung kelontong di dalam lingkungan pesantren memenuhi kebutuhan para santri. Koperasi Ponpes Sidogiri (Koppontren Sidogiri) terus berkembang, dengan menerapkan prinsip dari santri, oleh santri dan untuk santri. Artinya, modal koppontren dihimpun dari santri, dikelola oleh santri dan keuntungannya juga kembali ke santri. Dalam perkembangannya, pengurus Koppontren Sidogiri dan beberapa guru Madrasah Miftahul Ulum Ponpes Sidogiri pada pertengahan 1997 menyelenggarakan kegiatan usaha dengan fokus simpan pinjam pola syariah bernama Baitul Mal wa Tamwil Maslahah Mursalal lil Ummah (BMT-MMU). “Usaha tersebut guna merespon keresahan masyarakat sekitar pesantren yang mulai terjerat praktik ekonomi ribawi dalam bentuk rentenir,” ujar Mahmud. BMT-MMU mengalami kemajuan secara signifikan dari aspek permodalan, aset maupun omzetnya. Saat ini omzet bisnis syariah mencapai Rp42 miliar per tahun. Adapun jumlah nasabahnya mencapai 12.000 orang lebih. Uni layanannya pun berkembang menjadi 12 unit yang tersebat di berbagai kecamatan di Pasuruan. Usaha Gabungan Dengan memanfaatkan jaringan alumni dan guru Ponpes Sidogiri, maka para personil pondok pesantren tersebut lantas membentuk usaha gabungan terpadu (UGT) di Surabaya pada 2002. Menurut manajer BMT-UGT Sidogiri, Abdul Majid Umar, pendirian BMT-UGT dimaksudkan memperluas jaringan BMT Sidogiri ke luar wilayah Pasuruan. “Berdasarkan ijin yang diberikan Dinas Koperasi Kab. Pasuruan, wilayah kerja BMT-MMU hanya sebatas Pasuruan. Agar lebih leluasa, kami mengajukan ijin mendirikan sejumlah BMT-UGT ke Dinas Koperasi & PKM Jatim supaya dapat beroperasi di semua wilayah di Jatim,” paparnya. Sambutan masyarakat terhadap kehadiran BMT-UGT di Surabaya disebutkan cukup positif, dan kini berhasil menjaring 1.300 orang penabung dengan perputaran dana Rp4 miliar per bulan. Sebagian besar nasabahnya adalah pedagang besi rongsokan. “Kami menekankan layanan yang adil, mudah dan maslahah atau memberikan manfaat. Semisal pada produk pembiayaan jenis mudharabah atau bagi hasil, manajemen menerapkan pola bagi hasil 60% untuk peminjam modal dan sisanya untuk BMT-UGT,” lanjut Abdul Majid. BMT-UGT Sidogiri memiliki produk pembiayaan simpan pinjam pola syariah dengan menerapkan lima akad meliputi: mudharabah/bagi hasil, musyarakah/penyertaan modal, murabahah/jual beli, bai’bitsamanil’ajil/jual beli dan qord al hasan/hutang. Produk lainnya adalah tabungan yakni mudharabah umum, pendidikan, Idul Fitri, qurban, walimah, ziarah dan mudharabah berjangka atau deposito. Produk lain yang diandalkan BMT-UGT Sidogiri adalah jasa layanan transfer yakni layanan pengiriman uang bagi masyarakat penabung maupun bukan penabung melalui cabang kantor Koperasi BMT-UGT setempat kepada santri yang tengah menempuh pendidikan. Menurut Abdul Majid, kini Koperasi BMT-UGT telah memiliki 39 unit layanan di seluruh kabupaten/kota di Jatim, dan pada 2010 ditargetkan bertambah menjadi 100 cabang. Omzetnya pun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana pada 2005 senilai Rp43 miliar naik menjadi Rp89 miliar pada 2006 dan tahun lalu tercapai Rp180 miliar lebih. Peningkatan omzet diikuti peningkatan aset yang tercatat Rp13 miliar pada 2005 lantas naik menjadi Rp30 miliar pada 2006 dan tahun lalu mencapai Rp51 miliar. Dengan didukung jaringan alumni Ponpes Sidogiri sebanyak 30.000 orang lebih, hingga akhir 2007 koperasi tersebut memiliki anggota 216 orang anggota biasa dan luar biasa ditambah 28.987 orang berstatus calon anggota. Manajemen Rasul Mahmud mengaku perkembangan BMT-UGT dan BMT-UMM hingga memperoleh kepercayaan masyarakat disebabkan menerapkan manajemen rasul yakni siddiq/jujur, amanah/dapat dipercaya dan fathonah/profesional. “Kami percaya, alumni Ponpes Sidogiri masih memegang tiga prinsip itu, sehingga kami berpeluang terus berkembang,” paparnya. (Faisal).http://jurnal.diskopjatim.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=58:profil-koperasi-koppontren-sidogiri-kemandirian-ekonomi-pola-syariah&catid=37:edisi-april-2008