admin
Leadership (Kepemimpinan)
03/30/2009
Tetapi yang terpenting bagaimana mereka memimpin daerah ini dengan HATI NURANI dalam gaya kepemimpinan yang sederhana dan ampuh dan tentunya tidak salah juga jika berkaca pada kisah kepemimpinan yang menarik dan patut diteladani oleh setiap pemimpin ialah kepemimpinan Khalifah Umar Bin Chattab yang kisahnya seperti berikut:
Suatu malam beliau berjalan-jalan melihat keadaan rakyatnya. Sampailah perjalanan malamnya di suatu desa, dari jauh didengarnya tangisan bocah kecil yang sangat menyayat hati. Suara itu didekatinya dan setelah sampai disuatu gubuk betapa terkejutnya Khalifah Umar disela-sela dinding, dilihatnya seorang perempuan duduk didepan tungku.
Ketika Khalifah Umar masuk kedalam gubuk itu, ditanyalah ibu tersebut”mengapa anak-anak menangis dan gerangan apa yang ditanak itu? Ibu itu memberi tahu bahwa yang ditanak (dimasak) adalah kerikil. Anaknya menangis karena kelaparan karena tidak ada gandum atau beras untuk dimasak.
Dengan pura-pura menanak itu harapannya supaya tangis anaknya berkurang dan kalau capek menangis mereka akan tidur. Ibu itu mengatakan kritiknya terhadap kepemimpinan Khalifah Umar yang tidak mengetahui rakyatnya hidup menderita seperti dia. Ibu itu tak mengetahui bahwa yang dihadapinya adalah Khalifah Umar, pemimpin negara dan bangsanya.
Setelah mendengar keadan ibu tersebut, Khalifah Umar permisi menuju gudang persediaan makanan diambilnya satu karung gandum dan dipikulnya sendiri untuk diberikan kepada ibu tersebut. Saat itu akan ditolong oleh sahabatnya yang menyertai dalam perjalanannya membawa gandum tersebut tetapi ditolak oleh Khalifah Umar dengan ucapan: “APAKAH KAU SANGGUP MEMIKUL DOSA-KU KELAK DIHADAPAN TUHAN?”
Dari kisah kepemimpinan Khalifah Umar dapat ditarik kesimpulan “janganlah menjadi pemimpin dengan manajemen Asal Bapak Senang (ABS), karena itulah Khalifah Umar dikritik oleh rakyatnya tetapi beliau tidak tersinggung karena beliau tahu beliau bersalah dan tidak menyalahkan orang lain karena memang adalah tanggung jawabnya karena itu dipikul sendiri kesalahannya.
Beliau (Khalifah Umar) tahu bahwa kewenangan diperoleh dari rakyat dan dapat dilimpahkan kepada orang lain dan juga beliau tahu bahwa tanggung jawab tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=24823