Dalam tiap sholat, kita selalu berikrar dalam bacaan iftitah: sholat, ibadah, hidup, dan mati, hanya untuk Allah, tiada sekutu bagiNya, dan aku adalah muslim yang awal (awwalul-muslimin) (QS.6:162-163) . Siapakah muslim yang awal? Mereka adalah orang-orang generasi pertama yang berserah diri. Dan setiap generasi muslim yang selanjutnya, diajarkan oleh Allah agar meniru generasi awal orang-orang yang berserah diri. Karena mereka adalah sebaik-baik manusia, yang dicintai Allah, dan selalu dimenangkan oleh Allah.
Dan berikut ini adalah sekelumit untaian kisah sejarah yang mereka ukir:
Tahun 16H (637M), ekspedisi untuk menghadapi Persia dan Suriah yang dikirim oleh khalifah Abu Bakr telah membuahkan hasil di masa khalifah Ummar. Saat itu tengah pengepungan kota Yerusalem oleh dua panglima perang terbaik, Amr bin Ash dan Abu Ubaidah. Kaum nasrani yang telah berputus asa mengurung diri di dalam benteng-benteng Yerusalem yang kokoh. Sebenarnya kekuatan kaum muslimin mampu membobol benteng-benteng itu, tetapi tidak dilakukan karena kaum nasrani memilih jalan berdamai.
Beberapa syarat telah ditentukan dalam perjanjian damai yang dibuat oleh kaum nasrani Yerusalem. Salah satunya adalah kedatangan langsung pemimpin tertinggi kaum muslimin ke Yerusalem. Syarat yang memberatkan, yang padahal saat itu posisi mereka tidak dapat menawar karena telah terdesak. Di Madinah khalifah ummar mengadakan rapat bersama para shahabat lainnya. Beberapa shahabat memberikan pendapat untuk mengabaikan permintaan mereka, karena mereka telah kalah dan hina. Tetapi Ali berbeda pendapat, agar menuruti keinginan mereka bertemu dengan khalifah, dan Yerusalem jatuh dalam keadaan damai. Ummar mendukung pendapat Ali dan berangkat ke Yerusalem, dan kekhalifahan sementara diwakilkan kepada Ali.
Pada saat itu, semenanjung Arab telah dikuasai oleh kaum muslimin. Dan sudah sepatutnya pemimpin dari kaum muslimin, penguasa jazirah Arab dan penakluk Persia, diselimuti oleh kebesaran dan kemegahan. Kaum nasrani di Yerusalem telah memperkirakan keagungan dari khalifah ummar yang gagah berani, dengan tentara-tentaranya yang tak terkalahkan. Tetapi, setelah khalifah Ummar tiba di Yerusalem mereka tercengang dan jauh dari perkiraan.
Tidak ada iringan pasukan khusus, tidak ada karavan penghibur, tidak ada akomodasi perjalanan sekelas kaisar agung. Khalifah ummar hanya bersama kudanya yang kelelahan, yang beliau tuntun sendiri, dan juga bersama beberapa orang shahabat dari muhajirin dan anshor. Para panglima perang yang berada di daerah Palestina saat itu, Yazid bin Abi Sufyan, Khalid bin Walid, dan beberapa panglima perang lainnya, menyambut kedatangan khalifah. Melihat keadaan perwira-perwira tempurnya yang berjajar dengan kemewahan Suriah, khalifah Ummar sangat kecewa. Beliau mengambil kerikil-kerikil di tanah dan dilemparnya pada para perwira tempurnya yang mengenakan sutera. “Demikian cepat kalian telah terjerumus kedalam kebiasaan Persia!”, dan dengan segera mereka menanggalkan sutera-sutera indah itu.
Menuju perjalanan masuk kota Yerusalem, kuda khalifah ummar tidak lagi mampu meneruskan perjalanan. Beberapa perwira membawakan kuda perang dari Turki yang gagah dan kuat. Tetapi beliau berkata, “Sesuatu yang amat menyedihkan, dari mana kuda yang suka berlagak dan sombong ini.” Dan beliaupun meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Setibanya di gerbang kota Yerusalem, Abu Ubaidah datang menjemput. Abu Ubaidah malu melihat pakaian khalifah yang lusuh dan nampak hina, lalu ditawarkan kepada khalifah pakaian paling bagus. Khalifah Ummar menolaknya, dan beliau berkata “Allah telah mengaruniaiku dengan Islam, dan cukuplah Islam menjadi izzahku.” Dan masuklah beliau ke dalam Yerusalem dengan keadaan yang sangat sederhana, khalifah bak rakyat jelata.
Waktu sholat tiba, khalifah Ummar meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan. Tetapi Bilal menolak dengan alasan dia tidak lagi mengumandangkan adzan setelah Rasulullah tiada. Khalifah memintanya dengan sangat agar Bilal mau mengumandangkan adzan. Dengan bujukan dari khalifah, Bilalpun mau mengumandangkan adzan karena khalifah Ummar yang meminta. Dan adzanpun berkumandang membahana di Yerusalem. Suara Bilal yang merdu dan nyaring membangkitkan kembali kenangan saat-saat Islam masih dimasa awal. Perjuangan menegakkan tauhid bersama Rasulullah, kembali mengisi mengisi nostalgia indah penyerahan diri kepada Allah. Para panglima perang yang gagah perkasa menangis dengan sangat sedih. Dan khalifah Ummar yang agung terisak-isak tak berkeputusan. Islam telah sampai di Yerusalem.
Manusia-manusia hebat itu tenggelam dalam airmata disaat perayaan penyerahan Yerusalem. Mereka adalah singa-singa padang pasir yang menjadi rahib di malam hari, merintih dan memohon ampunan kepada Allah.
“Karunia” <a.karunia@gmail.com>