Perubahan Sifat Kerja Manajerial

Manajerial
Perubahan Sifat Kerja Manajerial Ditulis pada 11 Januari 2009 oleh wangmuba

Sifat pekerjaan manajerial berubah seiring dengan perubahan tren perekonomian. Perusahaan banyak beralih fungsi menjadi perusahaan multinasional dan berpartisipasi dalam usaha bersama lintas bangsa. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai perubahan sifat pekerjaan manajerial, antara lain:

1. Perubahan yang berkaitan dengan perkembangan teknologi

Perkembangan teknologi telah merubah sifat pekerjaan. Hal-hal yang berhubungan dengan manajerial menjadi lebih praktis. Informasi menjadi lebih rinci dan dapat diberikan tepat waktu kepada siapapun yang membutuhkannya. Perubahan ini menimbulkan keuntungan serta kerugian, keuntungannya kegiatan perusahaan menjadi lebih mudah dilakukan. Sedangkan kerugiannya adalah dalam menghadapi perkembangan teknologi ini, seluruh anggota perusahaan harus mampu menyesuaikan diri dengan iklim perubahan tersebut. Anggota perusahaan harus membekali diri dengan keahlian sesuai dengan teknologi yang berkembang, hal inilah yang dapat mempermudah kegiatan perusahaan. Selain itu, pemimpin dalam perusahaan juga harus mampu menyesuaikan perilaku mereka seiring dengan perubahan teknologi yang terjadi, karena komunikasi elektronik menjadi semakin penting.

2. Perubahan sifat organisasi

Banyak organisasi diubah menjadi unit organisasi yang lebih kecil dan semi-otonom, struktur dibuat mendatar dengan menghilangkan lapisan manajemen menengah. Restrukturisasi tersebut berdasar pada tim-tim produksi yang mencakup sejumlah lini fungsional atau geografis. Pada organisasi yang berbasis tim, kepemimpinan dilakukan bersama, dan tanggungjawab kepemimpinan senantiasa berubah dalam cara yang penting.

3. Meningkatnya ketergantungan kepada pemasok, konsultan dan kontraktor dari luar

Ketergantungan kepada pemasok, konsultan dan kontraktor ini adalah sebagai penyedia bahan produksi atau jasa yang dibutuhkan dalam waktu yang tepat. Perusahaan yang terintegrasi secara vertikal, yang melakukan kegiatan produksinya sendiri telah digantikan dengan organisasi “virtual” yang melakukan “outsource” sebagian besar aktivitasnya.

Sehingga dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi, para pemimpin organisasi baru ini diharapkan untuk lebih berfungsi sebagai wirausahawan daripada sebagai manajer tradisional. Mereka harus mengidentifikasikan kesempatan strategis, menegosiasikan usaha bersama (joint ventures) dengan orang-orang di organisasi lain, serta membangun aliansi stategis, dan mengkoordinasikan aktivitas yang saling bergantung dalam lusinan lokasi yang tersebar di seluruh dunia.

Kebijaksanaan yang dimiliki manajer

Sebuah posisi menejerial menuntut berbagai hal kepada orang yang menjabatnya, dan tindakan dari pemegang jabatan tersebut menghadapi kendala berupa undang-undang, kebijakan, tradisi, dan lingkup kewenangan formal. Walaupun terdapat tuntutan dan kendala tersebut, beberapa pilihan mengenai perilaku masih tetap ada, khususnya yang berhubungan dengan aspek apa yang ditekankan dari pekerjaan itu, berapa banyak waktu yang digunakan untuk berbagai kegiatan, serta berapa banyak waktu yang digunakan untuk berhubungan dengan bermacam orang.

Sebagian, keanekaragaman perilaku dalam pekerjaan yang sama terjadi karena adanya dimensi prestasi kerja yang mejemuk. Dalam batas-batas yang dipaksakan berdasar prioritas oleh tingkatan manajemen yang lebih tinggi, seseorang dapat memilih untuk mengerahkan lebih banyak usahanya ke sejumlah tujuan tertentu dibanding tujuan lain.

Pengembangan para bawahan dalam menyiapkannya untuk dipromosikan mungkin memperoleh lebih banyak perhatian daripada pembentukan tim atau pelatihan ketrampilan yang dibutuhkan untuk prestasi kerja pada pekerjaan sekarang. Sifat saling meniadakan yang melekat pada sejumlah dimensi kinerja dan kekurangan waktu untuk melakukan semua hal dengan baik menyebabkan berbagai orang akan mendefinisikan pekerjaan yang sama dengan cara yang berbeda.

Keanekaragaman dalam pekerjaan yang sama juga disebabkan oleh cara manajer menangani konflik tentang peran. Harapan peran bagi pemimpin jarang sekali mutlak atau komperhensif, dan para pemimpin biasanya mempunyai kebijaksanaan yang cukup besar untuk membentuk perannya sendiri setelah beberapa waktu. Jika diberikan cukup waktu, pemimpin terampil mungkin akan mampu menyesuaikan persyaratan peran yang pada awalnya tidak cocok. Para pemimpin yang mempunyai rekor pengambilan keputusan yang berhasil dan yang memperlihatkan loyalitas kepada organisasi diberi lebih banyak kebebasan untuk mendefinisikan kembali perannya dan memprakarsai inovasi. Tetapi, fleksibilitas tersebut akan lebih besar harapan peran yang tidak menyangkut nilai-nilai sentral yang mempunyai arti simbolis yang penting bagi para anggota organisasi (Biggart & Hamilton, 1984).

Keterbatasan penelitian deskriptif

Studi tentang deskripsi tugas para manajer mengukur persepsi manajer mengenai pentingnya berbagai kegiatan serta tanggungjawab dari pekerjaan mereka. Penelitian mengenai deskripsi tugas digunakan untuk mengidentifikasikan kesamaan dan perbedaan persyaratan keterampilan bagi berbagai jenis kedudukan manajerial. Tujuan utama penelitian itu adalah untuk mempermudah pengembangan sistem kompensasi, prosedur seleksi, serta prosedur penilaian kinerja, bukan untuk menentukan bagaimana hubungan perilaku manajerial dengan kriteria efektivitas manajerial. Para peneliti mencoba untuk menemukan pola-pola perilaku atau tema umum yang dapat menjelaskan mengapa para manajer atau organisasi itu efektif. Namun dengan studi tersebut tidak membandingkan para manajer yang efektif dengan yang tidak efektif.

Kebanyakan kegiatan manajerial ddapat dijelaskan berdasarkan empat proses umum, yaitu

1. Mengembangkan dan mempertahankan hubungan

2. Memperoleh dan memberi informasi

3. Membuat keputusan

4. Mempengaruhi orang

Proses tersebut saling terkait di antara berbagai kegiatan seorang manajer, dan setiap kegiatan khusus mana saja dapat menyangkut dua proses atau lebih.

Aplikasi bagi para manajer

Walaupun kebanyakan penelitian deskriptif tentang kegiatan manajerial telah dirancang untuk menghubungkan pola-pola kegiatan dengan efektivitas manajerial, penelitian tersebut memberikan beberapa pengetahuan untuk mengatasi secara lebih efektif persyaratan pekerjaan manajerial. Kita diberitahukan bahwa pedoman tersebut adalah pola dan tema yang diperoleh dari penelitian deskriptif yang menjelaskan, dan wawasan para praktisi, bukan hasil dari penelitian yang dirancang untuk menguji dalil-dalil tentang perilaku pemimpin yang efektif.

A. Pedoman untuk mengelola waktu

Pedoman untuk melakukan pekerjaan manajerial dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Memahami alasan tuntutan dan kendala

Adalah penting untuk mengetahui bagaimana orang lain merasakan peran manajer dan apa yang mereka harapkan. Persepsi mengenai tuntutan dan kendala menyangkut penilaian yang subjektif. Mengerti tentang harapan peran berarti membutuhkan seringnya interaksi tatap muka, mengajukan pertanyaan, mendengarkan orang lain bukannya terus menerus berkotbah, peka terhadap reaksi negatif (termasuk gelagat non verbal) dan mencoba untuk menemukan nilai dan kebutuhan yang mendasari opini dan pilihan seseorang.

2. Mengembangkan jumlah pilihan

Penyusunan rencana dan agenda manajer harus memasukkan analisis yang sadar mengenai tuntutan dan kendala yang membatasi efektivitas yang sekarang, dan bagaimana tuntutan dan kendala itu dapat dikurangi, dihilangkan atau dihindari.

3. Menentukan apa yang ingin dicapai

Seseorang yang memiliki sejumlah tujuan dan prioritas yang jelas yang dapat mengidentifikasikan kegiatan yang penting dan merencanakan cara terbaik untuk menggunakan waktu; tanpa tujuan yang jelas, perencanaan yang baik tidak akan memperbaiki manajemen waktu.

4. Menganalisa bagaimana kita menggunakan waktu

Yaitu dengan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dan menjadwal ulang kegiatan-kegiatan tersebut.

5. Merencanakan kegiatan harian dan mingguan

Kegiatan disusun per hari, karena dari jadwal tersebut kita dapat mengetahui daftar kegiatan apa saja yang perlu diprioritaskan. Jadwal harian akan memberikan gambaran tentang perkembangan kegiatan mingguan. Lebih efektif melakukan serangkaian tugas yang sama daripada terus-menerus berpindah dari satu jenis tugas ke tugas lain.

6. Menghindari aktivitas yang tidak diperlukan

Salah satu cara untuk menghindari tugas yang tidak diperlukan adalah dengan menyiapkan dan menggunakan cara taktis untuk mengatakan tidak. Beberapa tugas yang diminta tetapi tidak perlu dapat dihilangkan dengan memperlihatkan bagaimana sumber daya dapat dihemat atau keuntungan lain dapat diperoleh. Tugas yang tidak penting dapat dihilangkan atau didelegasikan atau dikesampingkan hingga ada waktu lebih.

7. Mengatasi penundaan

Yaitu dengan membagi aktivitas ke dalam bagian-bagian kecil aktivitas dan menetapkan tenggat waktu untuk penyelesaiannya.

8. Mengambil keuntungan dari aktivitas yang reaktif

Sifat lingkungan yang tidak dapat diprediksi membuat penting untuk memandang pertemuan yang kebetulan terjadi, interupsi dan pertemuan yang tidak direncanakan yang diprakarsai oleh orang lain bukan hanya sebagai gangguan terhadap kegiatan yang direncanakan, namun sebagai peluang untuk memperoleh informasi penting, menemukan masalah, mempengaruhi orang lain, dan maju untuk menerapkan rencana dan agenda informal.

9. Menyediakan waktu untuk membuat perencanaan reflektif

Menyediakan waktu untuk membuat perencanaan reflektif membutuhkan manajemen waktu yang teliti. Sebuah pendekatan yang digunakan adalah dengan menyisihkan sebagian dari waktu pribadi. Pendekatan lainnya adalah dengan membuat jadwal sesi strategis periodik dengan bawahan untuk mendorong diskusi mengenai permasalahan strategis. Pendekatan yang lain adalah memulai proyek perbaikan utama, mendelegasikan tanggung jawab utama kepada bawahan atau gugus tugas, dna menjadwalkan pertemuan teratur dengan individu atau kelompok untuk meninjau rencana dan kemajuan.

B. Pedoman untuk pemecahan masalah

Menghadapi gangguan dan permasalahan merupakan aktivitas penting yang membutuhkan waktu yang cukup banyak bagi sebagian besar manajer. Berikut pedoman pemecahan masalah operasional:

1. Mengidentifikasikan permasalahan penting yang dapat diselesaikan

Masalah yang ada selalu lebih banyak jumlahnya daripada yang dapat diselesaikan, sehingga perlu adanya evaluasi tentang (1) apakah masalah dapat diselesaikan dalam periode waktu yang wajar dengan sumber daya yang ada, atau (2) apakah memberikan waktu, usaha,dan sumber daya yang besar bagi masalah ini lebih berguna daripada bagi masalah lain. Para manajer harus berusaha menghindari atau menunda tindakan atas permasalahn yang sepele atau yang keras kepala.

2. Mencari hubungan antar permasalahan

Manajer harus mampu menganalisa suatu permasalahan dengan mencari hubungan dari satu masalah ke masalah yang lain. Menemukan hubungan antar permasalahan akan mudah jika manajer mampu tetap fleksibel dan berpikiran terbuka tentang definisi masalah dan secara aktif mempertimbangkan berbagai definisi untuk setiap masalah.

3. Bereksperimen dengan solusi inovatif

Untuk dapat menghadapi suatu masalah, manajer yang efektif lebih bersedia untuk melakukan eksperimen secara aktif dengan beberapa pendekatan inovatif untuk memecahkan masalah, dan bukan menghabiskan waktu untuk mempelajarinya. Manajer harus berani mengambil resiko atas suatu solusi inovatif atau kehilangan kesempatan untuk bereksperimen.

4. Mengambil tindakan yang menentukan untuk menghadapi krisis

Dalam situasi kritis, biasanya orang akan cemas dan khawatir tentang bagaimana mereke terpengaruh. Akan tetapi seorang pemimpin diharapkan untuk mengambil tindakan yang cepat dan tegas guna menghadapi situasi darurat atau krisis, sebelum menjadi lebih buruk. Pemimpin yang efektif dituntut untuk cepat mengidentifikasi penyebab masalah serta mengarahkan respon unit kerja dan memberitahukan orang-orang tentang kemajuan usaha untuk menghadapi krisis tersebut.

http://wangmuba.wordpress.com/2009/01/11/perubahan-sifat-pekerjaan-manajerial/

Share this

Leave a Reply

Your email address will not be published.